KENALI PENYEBAB JANIN MENINGGAL DALAM KANDUNGAN
Kematian
janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni
kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran
atau abortus. Jika janin sudah meninggal di dalam kandungan maka rahim
tidak akan membesar lagi, pembesarannya akan berhenti sesuai dengan usia
kehamilan saat janin meninggal. Misalya, janin meninggal pada usia
kehamilan 12 minggu maka pembesaran rahim berhenti pada usia kehamilan
12 minggu, tidak akan membesar misalnya sampai usia kehamilan 20 minggu.
Hal ini disebabkan karena pada janin mati, otomatis pertumbuhannya
berhenti, sedangkan pembesaran uterus dimungkinkan karena adanya
pertumbuhan janin.
Apabila sudah dipastikan ada kematian
janin, maka kehamilan harus diterminasi atau diakhiri. Cara mengakhiri
kehamilan bervariasi, tergantung usia kehamilan dan besarnya rahim. Pada
usia kehamilan kurang dari 12 minggu bisa dilakukan kuretase atau
aspriasi vakum (yang menurut istilah awam 'disedot'). Untuk kehamilan di
atas 12 minggu, biasanya diberikan obat dulu untuk melunakkan dan
membuka jalan lahir, lalu dibiarkan keluar spontan, kalau ada sisa
jaringan, akan dilanjutkan dengan tindakan kuret. Pada usia kehamilan di
atas 20 minggu, maka tindakan yang dilakukan adalah induksi persalinan.
FAKTOR PENYEBAB :
Menurut dr Botefilia SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah
Sakit Persahabatan, Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan
kematian janin dalam kandungan, antara lain:
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
2. Preeklampsia dan eklampsia
3. Perdarahan
Waspada jika Moms mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa
(plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya
plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi
dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.
4. Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni
akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam
rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi
sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh
bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
5. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin
Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak
A atau B, sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat
masih dalam kandungan darah Moms dan janin akan saling mengalir lewat
plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Moms
akan membentuk zat antibodi.
6. Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan -apalagi hanya pada satu arah saja- bisa
mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan Moms dengan janin
terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen
maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu,
tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul
yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini
kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi.
Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat
hamil.
7. Gawat janin
Bila air ketuban habis otomatis tali
pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya. Kondisi ini bisa
mengakibatkan janin 'tercekik' karena suplai oksigen dari Moms ke janin
terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG).
Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun
hingga di bawah rata-rata.
8. Kehamilan lewat waktu (postterm)
Kehamilan lebih dari 42 minggu.Jika kehamilan telah lewat waktu,
plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin
akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah
menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk
ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan
color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke
janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara
diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan
akhir kehamilan melalui USG.
9. Infeksi saat hamil
Moms,
saat hamil sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari
berbagai infeksi bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada Moms bisa
mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya.
10. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat
kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi,
melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin
masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko.
Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko
besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
11. Harus segera dilahirkan
Bila terjadi hal-hal di atas, segera periksakan diri ke dokter. Tentu
dokter akan mengatasi penyebabnya sembari tetap memantau perkembangan
janin hingga lahir. Misalnya bila terdapat infeksi, maka akan diobati
infeksinya.
Tetapi, apabila keadaan sudah sangat genting,
seringkali dokter memutuskan agar janin segera dilahirkan atau lahir
prematur guna menghindari terjadinya kematian janin. Jika bayi sudah
terlanjur meninggal saat masih dalam kandungan, maka si bayi harus
segera dikeluarkan. Persalinan sebaiknya dilakukan secara normal agar
tidak terlalu berisiko bagi si Ibu. Tetapi bila ada penghalang, misal
posisi bayi sungsang, ibu mengalami preeklampsia, plasenta previa dan
sebagainya, maka operasi cesar terpaksa dilakukan.
Janin yang
meninggal sebaiknya jangan dibiarkan di dalam rahim lebih dari 2 minggu,
sebab jika terlalu lama akan memengaruhi faktor-faktor pembekuan darah
si Ibu. Zat pembekuan darah atau fibrinogen bisa turun dan menyebabkan
darah agak sulit membeku. Bila ini terjadi, akan berakibat fatal kala
ibu melahirkan. Jika fibrinogen rendah, maka perdarahan yang terjadi
pada proses persalinan akan sulit berhenti. Bisa-bisa nyawa si ibu tidak
tertolong akibat perdarahan tersebut.
12. Bisa hamil lagi
Meski pada kehamilan sebelumnya Ibu pernah mengalami kematian janin atau
keguguran, bukan berarti seorang Ibu tidak bisa hamil lagi. Seorang Ibu
bisa memulai program hamil kapan saja. Tapi, sebaiknya ketahui dulu
penyebab kematian janin terdahulu sebelum Ibu hamil lagi, untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada kehamilan
berikutnya. (sumber: Okezone)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar